Wednesday, April 3, 2013

Movie- Wedding Dress

      Hari Ibu, jatuh pada 22 Desember. Untuk saya pribadi tidak pernah merayakannya, misal memberi hadiah atau apapun. Mungkin sudah terbiasa sejak kecil tidak merayakannya. Beberapa pendapat yang saya dapatkan, hari ibu adalah salah satu momen yang digunakan untuk mengucapkan kata “terima kasih” kepada Ibu. Momen yang membuat semua orang mengingat besarnya kerja keras yang Ibu lakukan untuk anak dan keluarganya.
      Menurut saya, untuk mengucapkan “terima kasih” tidak hanya dilakukan saat hari Ibu datang. Tetapi, dapat kita lakukan setiah hari ataupun setiap jam. Karena Ibu selalu membantu kita setiap hari tanpa ada keluhan dari ucapannya. Ibu rela melakukan yang terbaik untuk anak dan keluarganya walaupun ia harus berkerja sangan keras. Maka, buatlah Ibu kita tersenyum bahagia karena kita.
    Oke, kembali ke tujuan utama saya menulis cerita kali ini yaitu membahas sebuah film Korea dengan judul “Wedding Dress”. Film ini bukan tentang pernikahan, namun lebih tertuju pada cinta kasih seorang Ibu dan anak.
         Pertama kali saya menonton film ini bersama kakak saya, Winda. Yaitu tepat di hari Ibu, 22 Desember 2012. Film ini bercerita seorang Ibu yang single parent bekerja menjadi seorang designer wedding dress. Ia memiliki seorang anak perempuan yang masih kecil bernama So Ra. Ia sangat menyayangi So Ra. Mereka hidup bahagia penuh canda tawa. Namun di sekolah, So Ra tidak sering bersosialisasi dengan temannya, ia juga selalu bolos les balet tanpa ketahuan Ibunya.
        Suatu ketika Ibu So Ra pingsan dan dibawa oleh kakaknya ke rumah sakit. Ternyata ia mengidap penyakit kanker lambung yang sangat parah. Ibu So Ra meminta kakaknya untuk tidak memberi tahu So Ra. Tetapi seiring berjalannya waktu, So Ra merasa aneh melihat Ibunya sering pergi ke rumah sakit, minum obat, pucat dan pingsan. Ia merasa bahwa Ibunya sedang sakit keras. Lalu ia bertanya kepada Tantenya, dan ternyata dugaan So Ra benar. Mulai saat itu So Ra selalu memperhatikan Ibunya.
           Tiba-tiba Ibunya pingsan dan harus masuk rumah sakit. So Ra sangat sedih. Lalu ia melakukan semua permintaan Ibunya, seperti mulai berteman dengan teman sekolahnya, belajar balet, dll. Sampai waktunya tiba, yaitu konser balet So Ra dan teman-temannya. Ibunya datang, namun penglihatannya mulai tidak jelas, sehingga So Ra memakai bros di bajunya agar Ibunya bisa membedakan yang mana So Ra.
          Ketika malam hari, So Ra tidur bersama Ibunya ditempat tidur rumah sakit sambil mendengarkan radio. Sampai So Ra tertidur namun radio tersebut masih menyala dan membacakan sebuah pesan dari seorang anak kecil untuk Ibunya
“Untuk mama ku yang ku cintai, aku senang karena menjadi anak mama. Marah-marah karena mama tidak bisa masak dan selalu sibuk. Maafkan aku. Walaupun seperti itu, aku paling mencintai mama. Tahu kan? Mama, mama sakit? Mama, aku ingin gantikan mama sakit. Mama, aku akan mencuci piring dan bersihkan rumah dan masak. Mama hanya tiduran saja, bisakah tinggal bersamaku selamanya? Mama, aku sangat mencintaimu.”
“So Ra.. Bagi mama So Ra itu adalah sebuah hadiah. Apakah bagi So Ra, mama itu sebuah hadiah untukmu? Sangat mencintaimu, So Ra.”
           Kemudian Ibu So Ra menangis dan memeluk So Ra. Sampai matahari bersinar, So Ra masih berada dalam pelukan Ibunya. Dan ketika So Ra memanggil nama Ibunya, ia tidak menjawab. Ibu So Ra meninggal dunia. So Ra manangis histeris karena Ibunya telah tiada. Haidah terakhir dari Ibu So Ra adalah gaun pengantin yang ia buat untuk anaknya tercinta, So Ra.

No comments:

Post a Comment